Sabtu, 28 Januari 2012

Ian Antono : Gitaris Legenda Indonesia

Dunia ini panggung sandiwara
ceritanya mudah berubah,
kisah mahabrata atau tragedi dari Yunani,
mengapa kita bersandiwara
mengapa kita bersandiwara

    Itulah sepenggal syair lagu Panggung Sandiwara ditulis penyair terbaik Indonesia, Taufik Ismail, yang kemudian nadanya diciptakan oleh dewa gitar Indonesia, Ian Antono. Lagu tersebut merupakan salah satu masterpiece milik sang dewa gitar Indonesia, julukan yang selalu diberikan oleh publik kepadanya



    Gitaris kelahiran Malang, 29 Oktober 1950, mulai dikenal oleh kalangan luas ketika bergabung bersama super grup rock legendaris Indonesia, God Bless di tahun 1974. Namanya mulai meroket ketika pamor God Bless semakin perkasa di kancah permusikkan rock nasional bahkan terkenal sampai ASEAN. Permainan gitarnya mampu memberikan ciri terhadap warna musik God Bless kecuali album Raksasa (1989)


                                                    
   

    Namun sebagai gitaris, Ian Antono juga mempunyai bakat menjadi seorang pencipta lagu dan aranjer musik andal. Hal tersebut ia tunjukkan ketika menggarap album-album Duo Kribo di tahun 1977-1979. Album-album Duo Kribo meledak dan komandan Gong 2000 ini akhirnya laris manis sebagai penata musik dan pencipta lagu. Sejak saat itu tawaran sebagai penata musik, pencipta lagu sekaligus pemain gitar datang menghampirinya


   Ia meledakkan album dangdut milik Achmad Albar bertajuk Zakia yang mendapat pujian dari masyarakat, teman-teman seprofesi dan pers. Ian menghembuskan warna baru kepada perkembangan musik dangdut Indonesia. Lalu mengangkat nama penyanyi Grace Simon dalam album 1979 serta rocker cewek Silvia Saartje berjudul Biarawati

     Namun menjadi penata musik dan pencipta lagu sudah pernah ia lakukan jauh sebelum ia menjabat sebagai gitaris God Bless, yaitu ketika masih bergabung bersama grup Bentoel Band di tahun 1969-1974. Waktu itu ia menangani album-album penyanyi seperti Emilia Contessa, Trio The Kings , dan Anna Manthovani

Masa keemasan

     Pada saat God Bless mengalami kegagalan dalam album Cermin, gitaris gondrong ini mulai mengambil satu-persatu tawaran sebagai penata musik. Di tahun 1980-an, boleh dikatakan masa keemasan Ian Antono sebagai penata musik dan semua garapannya menjadi terkenal. Gitaris God Bless ini meledakkan album Syair Kehidupan-nya Achmad Albar (1980), lalu mengangkat kembali nama vokalis grup Dara Pispita, Titiek Hamzah, lewat album Tragedi (1982) dan menangani album-album solo milik Grace Simon yaitu Pelarian dan Untukmu

    Ia juga meroketkan nama rocker baru bernama Nicky Astria lewat album Neraka Jahanam (1985). Album tersebut meledak dan pamor musik rock yang saat itu tengah mati mulai naik kembali. Julukan Lady Rocker-pun diberikan kepada Nicky Astria dan mulai bermunculan rocker-rocker perempuan seperti Cut Irna, Nike Ardilla, Ita Purnamasari, Mel Shandy, Conny Dio, dan Inka Christie. Lady rocker, Nicky Astria, menyandang gelar Diva Rock Nasional karena Ian Antono yang menjadi aranjer di album Jarum Neraka, Tangan-tangan Setan, Gersang, Rumah Kaca, Negeri Khayalan, Suka, dan Jangan Ada Angkara. Banyak hit fenomenal yang lahir dari album-album tersebut sebut saja Jarum Neraka, Tangan-tangan Setan, Mata Lelaki, Mengapa, Cinta di Kota Tua, dan masih banyak lagi

     Ia juga mengerjakan album solo milik Berlian Hutauruk, Pretty Sister lewat hits Uang dan memopulerkan nama Hetty Koes Endang ketika mengaransemen lagu Rindu karya Ferdi Hasan yang kemudian menjadi hit. Pria yang gemar menggunakan gitar merk Hamer ini juga melambungkan nama Mickey Rainbow sebagai rocker cilik. Namanya banyak tercatat dalam album-album milik Gito Rollies, Ikang Fawzie, Anggun C. Sasmi, Adolf Wemay, Freddy Tamaela, Leo Kristi, Achmad Albar, Franky Sahilatua, Doel Sumbang, Nike Ardila, Pungky Deaz, Titi DJ, AKA grup, Koes Plus dan Iwan Fals


     Suami dari Titiek Saelan yang juga mantan pemain drum grup perempuan Princess Stones juga diajak sebagai gitaris dalam album-album solo milik Chrisye, Eross Djarot, Yockie Suryprayogo, D&R, Ruth Sahanaya, Dian Pramana Putra, Ali Akbar, dan Whizzkid



     Yang paling fenomenal adalah ketika ia digandeng oleh maestro pencipta lagu-lagu cinta, Iwan Fals, untuk menata album 1910 dan Mata Dewa. Bapak dari Rocky, Evan, dan Monika, ini, mampu membuat nama Iwan Fals mengilap lewat tangan dinginnya meramu lagu-lagu karya Iwan Fals di dua album tersebut. Kedua album tersebut meledak di pasar musik Indonesia lewat hit Buku Ini Aku Pinjam, Ibu, Mata Dewa, Nona dan Yang Terlupakan

     Sebelumnya nama Ikang Fawzie yang naik pamor sebagai rocker muda berkat hit Air Api, Salam Terakhir, Preman, dan Kita Bebas. Kemudian mengangkat vokalis grup Cockpit lewat album Ratna Sari Dewi. Lewat lagu Anak Mas meroketkan nama penyanyi balada Franky Sahilatua dan mengorbitkan penyanyi Adolf Wemay lewat album Selamanya

     Tangan dinginnya memang telah diakui secara nasional oleh kalangan musisi, penyanyi, dan masyarakat pecinta seni suara Indonesia. Nama Ian Antono juga dikenal luas di kawasan ASEAN terutama Malaysia, Singapura, dan Filipina. Sentuhan rock dengan selalu memperhatikan kaidah harmonisasi tetap disuguhkan meskipun ia menata musik penyanyi yang bukan berasal dari genre rock

     Banyak sudah penghargaan yang ia terima sejak merintis di dunia musik sejak tahun 1969. Waktu itu, ia merintis musik ketika berusia 19 tahun dan bermain untuk sebuah nite club di Surabaya. Pada tahun 1995, gitaris penggagum berat Jimi Hendrix, Jeff Beck, Steve Vai, Joe Satriani, dan Eric Clapton, ini, dianugerahi Achievement Blue Diamond Award atas prestasinya di dunia musik nasional

Gong 2000

     Dua grup besar Indonesia namun berbeda genre yaitu AKA dan Koes Plus juga sempat merasakan ajaibnya aransemen Ian Antono. AKA grup yang muncul sesaat dengan merilis album Puber Kedua (1996) dan Koes Plus lewat album Past Master yang melahirkan hit Sakit Hati dan Burung Dara (1998)

     Tahun 1990, bersama dua tokoh penting God Bless yaitu Donny Fattah dan Achmad Albar membentuk Gong 2000. Grup ini mampu menenggelamkan nama besar God Bless yang tertidur selama 7 tahun. Gong 2000 ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari pecinta musik rock di Tanah Air bahkan terkenal di kawasan ASEAN. Lewat formasi Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Achmad Albar (vokal), Yaya Muktio (drum), dan Harry Anggoman (keyboard), Gong 2000 menggebrak pentas musik rock nasional


     Gong 2000 dibentuk Ian Antono merupakan bentuk lain dari keinginannya untuk membuat musik rock agar lebih dihargai oleh masyarakat Indonesia. Album pertama yang dirilis tahun 1991 sukses dengan melahirkan hit Bara Timur, Kepala Dua, Rindu Damai, Kepada Perang, dan Saksi Gitar Tua. Album tersebut mengawinkan musik rock dengan musik etnik terutama Bali. Album kedua berjudul Laskar merupakan album yang benar-benar hasil kolaborasi antara Gong 2000 dengan musisi Kompyang Raka

     Album tersebut sukses besar dengan mencapai angka 600 ribu kaset dan meraih 6 penghargaan HDX Award tahun 1993. Sukses grup ini berkat kepiawaian sang dewa gitar nasional yang membaca situasi pentas musik rock nasional yang saat itu  didominasi oleh God Bless, SAS Grup, dan Elpamas. Album Live yang dirilis Gong 2000 ketika menggelar konser di Parkir Timur Sanayan Jakarta tahun 1991 juga merupakan ide dari sang maestro gitar nasional itu. Baru Gong 2000 yang merilis album Live ke pasaran musik Indonesia

     Rangkaian tur Gong 2000 yang digelar sejak akhir tahun 1991 - 1994 menuai sukses besar bahkan sang komandan mengikutsertakan para musisi Bali ke atas panggung termasuk Kompyang Raka. Ian Antono kemudian merilis album kompilasi 10 penyanyi rock baru setelah sebelumnya mengadakan festival dengan menyanyikan tembang milik Gong 2000 dan pendaftaran tersedia di album Gong 2000 Live yang dirilis dua kaset

     Grup Gong 2000 sempat istirahat lantaran God Bless aktif lagi di tahun 1997 dan Ian Antono diajak oleh Donny serta Albar untuk memperkuat formasi God Bless 1997 bersama Joki Soeryoprayogo, Teddy Sujaya, dan E’et Syahranie. Namun kebangkitan God Bless hanya sesaat dan Ian balik lagi ke Gong 2000 dengan merilis album terakhir berjudul Prahara. Gong 2000 dibubarkannya pada tanggal 31 Desember 2000 di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta, dengan mengundang Amy Search (Malaysia), Ramli Syarif (Singapura), Boomerang, PAS band, Edane, /rif, Nicky Astria, Ikang Fawzie, dan Iwang Noorsaid

    Gong 2000 telah usai, namun pria yang mempunyai nama asli Djusuf Antono ini terus menggeliat. Achmad Albar, sang komandan God Bless mengajaknya kembali untuk membangkitkan God Bless dari tidurnya usai kegagalan album Apa Kabar di tahun 1997. Pencipta lagu Rumah Kita ini akhirnya menerima pinangan sohib kentalnya itu untuk membangun God Bless bersama Donny Fattah, Abadi Soesman, dan Gilang Ramadhan. God Bless kembali aktif sejak bulan Juli 2002 dan saat ini tengah mempersiapkan album baru

Penghargaan

     Di tahun 2004, kembali sang ‘Dewa’ Gitar mendapatkan penghargaan dari Perusahan Rekaman Terbesar Sony Music Indonesia. Sebuah album khusus dipersembahkan buat sang ‘dewa’ bertajuk Tribute To Ian Antono. Album tersebut merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan tertinggi terhadap karya-karya sang maestro

     Karya-karya Ian Antono dianggap sangat berjasa bagi perkembangan musik rock tanah air sehingga musik rock sejak awal tahun 1990-an mulai mendapat tempat di hati pecinta musik nasional. Hal ini bisa dilihat dengan begitu banyaknya grup-grup rock yang bermunculan, sebut saja Slank, Power Metal, Edane, Boomerang, /rif, Jamrud, Dewa, Padi, Pas Band, atau Serieus

     Album tersebut merupakan kumpulan karya-karya sang maestro sejak tahun 1970-2000 dan dinyanyikan oleh penyanyi serta grup-grup top saat ini tentunya dengan aransemen gaya mereka. Album tersebut memuat 12 lagu yaitu ‘Rumah Kita’ (Indonesian Voices : Achmad Albar, Armand Maulana, Kikan, Fadli, Andi ‘/rif, Glenn, Rio Febrian, Ratu, Audy, Warna, Duta), ‘Saksi Gitar Tua’ (Padi), ‘Tertipu Lagi’ (Gigi), ‘Uang’ (Cokelat), ‘Bla..Bla..Bla’(Edane), ‘Menanti Kejujuran’ (Rebek), ‘Neraka Jahanam’ (Yovie&Nuno), ‘Selamanya’ (Glenn Friedly & Abdee Negara), ‘Yang Hilang’ (Gallagasi), ‘Panggung Sandiwara’ (Sheila on 7), ‘Zakia’ (Boomerang), dan ‘Suka’ (/rif)


     Lagu Rumah Kita yang dipopulerkan oleh God Bless tahun 1988, kembali mengangkasa ke langit dan album tersebut laris manis sehingga meraih tiga penghargaan AMI Awards 2004. Gitaris yang dikenal dengan permainan clean ini merupakan musisi pertama yang dibuatkan album khusus alias album penghargaan mengalahkan nama besar lainnya seperti Koes Plus, The Rollies, Titiek Puspa, Iwan Fals, Achmad Albar, bahkan God Bless

     Album tersebut merupakan suatu kehormatan terbesar yang diberikan kepada gitaris God Bless yang tetap bermusik selama 36 tahun, terutama musik cadas. Sepanjang kariernya, Ian Antono banyak bekerja sama dengan para musisi, penyanyi, kalangan pers, bahkan penyair terutama dalam penulisan lirik. Sebut saja Ali Akbar, Achmad Albar, Donny Fattah, Iwan Fals, Franky Sahilatua, Remy Soetansyah, Theodore KS, Taufik Ismail, Fajar Budiman, Alex Palit, Hans Miller, Leo Kristi, Areng Widodo, Deddy Dhukun, dan Gendut Riyanto

     Pencipta lagu Penari Jalang ini sudah banyak makan asam garam dalam dunia hiburan yang penuh dengan godaan dan rintangan sehingga jatuh bangun pernah ia alami. Pengalaman itu pun semakin membuat dirinya selalu disegani disetiap kali pemunculannya. God Bless adalah salah satu bentuk nyata dari itu semua. Masa jaya God Bless sudah berlalu, namun pemunculannya selalu diperhitungkan oleh para junior-juniornya yang saat ini sedang popular, sebut saja Slank, Dewa, Edane, Boomerang, Seriueus, /rif, Jamrud, atau Gigi, dalam kancah musik cadas Indonesia. Kini sang ‘Dewa’ Gitar, Ian Antono menggeliat kembali bersama rekan-rekannya di God Bless untuk siap meluncurkan karya-karya baru dalam sebuah album baru

                                 


Sumber : Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar